_________ _______ _ _________ _______ _ _______
\__ __/( ____ \( ( /|\__ __/( ___ )( ( /|( ____ \
) ( | ( \/| \ ( | ) ( | ( ) || \ ( || ( \/
| | | (__ | \ | | | | | (___) || \ | || |
| | | __) | (\ \) | | | | ___ || (\ \) || | ____
| | | ( | | \ | | | | ( ) || | \ || | \_ )
| | | (____/\| ) \ | | | | ) ( || ) \ || (___) |
)_( (_______/|/ )_) )_( |/ \||/ )_)(_______)
______ _______
( __ \ |\ /|( ___ )
| ( \ )( \ / )| ( ) |
| | ) | \ (_) / | (___) |
| | | | \ / | ___ |
| | ) | ) ( | ( ) |
| (__/ ) | | | ) ( |
(______/ \_/ |/ \|
“Coba lihat,” teriakanmu seketika memisahkan kepalaku dari lamunan yang tengah aku ciptakan bersama jendela dan atap bangunan menjulang yang nyaris sejajar dengan tinggi kita, “ bulannya sangat indah.”
Kuikuti arah telunjukmu, menatap sesuatu yang kau sebut indah itu. Jujur, aku lebih suka bulan sabit, jauh lebih cantik.
Aku menatap lekat-lekat foto gadis berlesung pipit. Mataku seakan tak bisa lepas memandanginya. Sama seperti otakku yang tak pernah bisa menghapus memori tentangnya. Sama seperti hatiku yang tak pernah bisa berhenti memanggil namanya. Tiga tahun ini aku menganggap dia sebagai masa lalu yang kini tak pernah tergapai, walaupun aku sangat mengharapkannya. Tiga tahun ini aku dan dia dipisahkan oleh tembok-tembok ruang dan waktu yang tak jelas batasannya. Tiga tahun ini aku tak pernah sekalipun menjenguk wajah purnamanya. Huh! slide-slide film otakku kembali memutar potongan-potongan kisah tiga tahun lalu.